INFO

30/random/ticker-posts

Bagianku atau Bagiannya?

Mungkin anda pernah mendengar ungkapan yang berkata, "Kerjakan saja bagianmu dan biarkan Tuhan melakukan bagianNya dalam hidupmu?" Kalau anda belum pernah mendengar kalimat itu, maka saya ucapkan banyak selamat, karena anda termasuk orang yang tahan banting. Kenapa begitu? Karena biasanya orang yang mendengar kalimat di atas tadi, pasti dalam bentuk nasihat untuk dirinya, saat sedang bingung. Atau istilah sekarang "SEDANG GALAU".

Sebaliknya kalau anda menyatakan sangat sering menerima kalimat tadi entah dari Hamba Tuhan, Orang Tua, Teman, Sahabat, atau siapa pun, maka anda juga termasuk orang yang tahan banting. Kok bisa ya dapat nasihat ini terus... 

Kemarin, entah lagi mujur atau apa, saya juga membaca kalimat ini di "status" seorang teman di salah satu Jaringan Sosial. Saya membayangkan kira-kira keadaan seperti apa yang dia alami hingga menuliskan status seperti ini. Dan apakah status itu ditulis sebagai isi hatinya atau justru menuju ke orang lain. Biasanya kan orang suka jadi pintar di dunia maya dan bisa menasihati orang lain juga.


Sedikit koreksi saja, tapi kalimat ini sebenarnya sedikit banyak menggambarkan keegoisan kita sebagai manusia, termasuk saya juga. Memang terdengar indah dan sangat wajar ketika kita melakukan hal yang menjadi bagian kita serta Tuhan juga melakukan bagiannya. Tapi di saat Tuhan sudah melakukan bagianNya, justru kita yang tidak mau atau bahkan menolak melakukan bagian kitaAda yang keberatan dengan pandangan ini ? 

Sebagai contoh, Seorang lulusan perguruan tinggi yang sedang mencari pekerjaan berkonsultasi dengan pendetanya. Dia juga sekalian mohon topangan doa dari pendeta agar Tuhan mau membuka jalan dan memberikan pekerjaan yang terbaik sesuai dengan keinginannya. Ketika Pendeta bertanya, memangnya belum ada berkas lamarannya yang diterima? Si anak muda menjawab, dia sudah pernah dipanggil bahkan dinyatakan lulus dalam sebuah wawancara untuk sebuah posisi pekerjaan. Tapi dia yang mengundurkan diri karena posisi jabatan yang diberikan tidak sesuai dengan posisi yang dia lamar.

Pak Pendeta pun mengajak dia berdoa agar Tuhan "memberikan jalan serta si anak muda mendapatkan pekerjaan yang dia impikan". Di akhir pembicaraan, Pendeta memberikan nasihat dengan bijak "Lakukan bagianmu dan biarkan Tuhan melakukan bagianNya dalam rencana pekerjaan ini."

WOW! inilah tanda kemunculan rasa egois kita. Si pemuda menganggap kalau Tuhan belum menjawab doanya dalam mencari pekerjaan, hanya karena posisi yang tidak sesuai dengan apa yang dia doakan. Betapa dangkalnya pemahaman iman si pemuda tentang cara kerja Tuhan. Bukankah Tuhan sudah melakukan bagianNya? Tuhan sudah mulai buka jalan. Tuhan sudah memberi pekerjaan padanya. Tapi si anak muda sendiri yang tidak mau melakukan bagiannya. Dari mana dia tahu kalo pekerjaan dengan posisi yang dia dapatkan bukan yang terbaik hanya karena posisi yang tidak sesuai dengan keinginannya? Apakah Tuhan memberikan pekerjaan yang buruk?

Contoh ini mungkin sederhana, tapi percayalah kalau banyak dari kita yang bersikap seperti pemuda ini. Berdoa minta kerja tapi mundur saat diterima di pekerjaan yang tidak sesuai selera. Berdoa minta pacar, maunya yang mirip artis. Terus gaya dan sikapnya bikin orang illfeel. Ada juga yang berdoa minta lulus dalam studi, tapi saat ada tugas rumah malah malas dikerjakan serta sibuk dengan berbagai aktifitas yang mengganggu jam studi. Belum lagi orang yang ingin naik gaji serta jabatan bagus di pekerjaan dan dia berdoa untuk itu. Tapi setiap hari pulang sebelum jam kerja selesai, pekerjaan sering ditunda, kalau pun selesai pasti melebihi waktu yang diberikan.

Dalam kejadian seperti ini maka sebenarnya kitalah yang menggagalkan jawaban dari doa kita sendiri. Sadar atau tidak, kita punya andil yang sama dengan Tuhan apabila kita ingin melihat atau menerima jawaban doa kita. Di samping dalam beberapa hal doa kita dijawab Tuhan dengan jawaban 'Tidak' atau 'Tunggu', maka kita lebih sering menolak jawaban doa yang sudah Tuhan berikan hanya karena tidak sesuai dengan keinginan hati kita.

Jadi jangan pernah meragukan jawaban doa dari Tuhan tapi beranikah kita melakoni apa yang Tuhan berikan? Yang pasti ketika Tuhan menjawab doa, maka Dia tidak akan memberi ular pada anakNya yang minta Roti. Tuhan Yesus memberkati anda yang sedang membaca tulisan ini. Jangan lupa share ke teman-teman yang lain jika merasa diberkati dengan tulisan ini.

Posting Komentar

0 Komentar