INFO

30/random/ticker-posts

KRONOLOGI INSIDEN TOLIKARA VERSI PIMPINAN GIDI

Salah Seorang Pemuda GIDI korban penembakan aparat dalam insiden Tolikara
Sobat Hati Pitate,

Sejak tanggal 17 Juli 2015 sore hari, dunia maya diramaikan dengan cerita kronologis insiden Tolikara versi A (entah sumbernya dari mana, kemungkinan aparat TNI yang ingin menghilangkan berita kisah penembakan membabi buta) yang isinya sangat menyudutkan pihak Pemuda GIDI yang dituduh melakukan pembakaran Mesjid dan membubarkan Jemaah Muslim yang sedang melaksanakan Sholat Ied. Pada postingan sebelumnya kami telah menyajikan sejumlah fakta yang terjadi di lapangan dari berbagai sumber (Komnas HAM, CNN Indonesia, Kompas Grup, Berita Satu, dll). Berikut ini adalah Kronologis peristiwa tersebut yang didapat dari para korban penembakan yang sekaligus dianggap pembakar mesjid, dan diringkas oleh Presiden GIDI :

KRONOLOGI VERSI PIMPINAN GEREJA INJILI DI INDONESIA (GIDI) ATAS INSIDEN/PERISTIWA DI KABUPATEN TOLIKARA

Pada Jumat, 17 Juli 2015, pukul 08.30 WIT, beberapa Pemuda gereja mendatangi kelompok umat Muslim yang sedang melangsungkan Sholad ied, dengan maksud menyampaikan aspirasi secara damai dan terbuka, bahwa sesuai (Peraturan Daerah) Kabupaten Tolikara, berdasarkan aspirasi Gereja dan Masyarakat – isinya boleh melaksanakan ibadah, tapi tidak menggunakan toa atau penggeras suara karena dapat menggangu ribuan pemuda yang bersiap untuk melangsungkan seminar dan KKR, apalagi jarak toa atau pengeras suara dengan tempat dilangsungkannya ibadah umat GIDI hanya berjarak sekitar 300meter.

Para pemuda juga ingin pertanyakan surat resmi Gereja yang pernah dikirimkan kepada Kepala Kepolisian (Kapolres) Tolikara, AKBP. Suroso, sejak dua minggu sebelum kegiatan seminar maupun idul fitri dimulai, “bahwa menggingat akan diselenggarakannya Seminar dan KKR Injili Pemuda Tingkat Pusat bertaraf Nasional/Internasional, pada tanggal 15-20 Juli 2015, maka diminta kepada pihak Muslim agar tidak melakukan kegiatan peribadatan dilapangan terbuka; tidak menggunakan pengeras suara dan ibadahnya cukup dilakukan didalam Mushola atau ruangan tertutup.”

Sebelumnya, dua minggu sebelum pelaksanaan kegiatan ibadah, Bupati Tolikara, Usman Wanimbo, dan Presiden GIDI, Pdt. Dorman Wandikmbo, juga sudah mendapat konfirmasi langsung dari Kapolres Kab. Tolikara tentang tanggapan positif surat Gereja yang dikirimkan kepada beliau, dan akan ditindak lanjuti, yakni memberitahukan kepada ratusan umat muslim, untuk dan melangsungkan ibadah di dalam ruang Mushola, dan tidak menggunakan penggeras suara.

Kemudian Bupati Tolikara dan President GIDI juga menyampaikan kepada Kapolres, dan kelompok umat Muslimin, bahwa gereja tidak melarang mereka beribadah, namun jangan dilapangan terbuka karena mengingat situasi dan kondisi seperti yang disampaikan masyarakat dan demi keamanan kita bersama, demi menjamin kegiatan berjalan lancar, aman dan kondusif, baik itu Seminar Pemuda maupun peribadatan Muslim, maka disarankan agar ibadah diadakan didalam Mushola. Dan sebagai wujud toleransi ini, Bupati Tolikara menyumbangkan 1 ekor sapi bagi umat Muslim di Kab. Tolikara.
Nah, ketika Pemuda hendak menyampaikan aspirasi ini didepan umum, secara tertib tiba-tiba seorang Pemuda tertembak timah panas tanpa ada perlawanan. Dan TNI/Polri melakukan penembakan bertubi-tubi mengakibatkan 12 orang Pemuda terkena peluru.

Akibat 12 pemuda tertembak didepan kerumunan masyarakat, maka masyarakat tidak terima dengan perbuatan penembakan tersebut dan langsung melakukan pembakaran terhadap beberapa kios, yang merembet hingga membakar Mushola (artinya tidak benar kalau para pemuda melakukan pembakaran Mushola), yang kebetulan ada ditengah ruko/kios (yang dibangun mengelilingi Mushola). Selain Mushola dan ruko/kios, juga terbakar rumah masyarakat Papua dan non-Papua.

Pukul.14.15 WIT (17 Juli 2015), 12 korban luka tembak tersebut di evakuasi ke Jayapura dan ke Wamena dengan menggunakan pesawat Cessna dan Helikopter yang ditangani langsung oleh President GIDI bersama Bupati Tolikara.

Salah satu korban luka tembak meninggal dunia a.n. ENDI WANIMBO (15) dan 11 orang masih dalam perawatan intensif di RSUD Dok 2 Jayapura dan di RSUD Wamena. Setelah evakuasi dilakukan, Bupati Tolikara, DPR Kab. Tolikara, Kapolres, Tokoh Agama dan Masyarakat melakukan pawai damai mengelilingi Tolikara untuk mengajak masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa dan sampai saat ini aman terkendali.

Pimpinan gereja juga menahan masyarakat untuk tidak melakukan aksi balasan terkait tewasnya satu anak usia sekolah.

Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua, 18 Juli 2015

Presiden GIDI
Pdt. Dorman Wandikmbo (HP: 081248604070)
Nb: Jika Pdt. Dorman susah dihubungi, bisa lewat Ketua Pemuda GIDI 081344354689)
OKTOVIANUS POGAU
 
"Kami menyangkan pemberitaan berbagai media massa di Indonesia yang hanya mengutip, dan menyebarluaskan pendapat aparat keamanan, tanpa melakukan konfirmasi kepada kami pihak gereja, kami lihat kesan yang dibangun orang Papua tidak menghargai kelompok agama lain, ini keliru, kami di Papua justru yang paling toleran di Indonesia," ujar Dorman Wandikmbo

Posting Komentar

1 Komentar

  1. NEWS
    KRONOLOGIS KASUS TOLIKARA SETURUT VIDEO CONFERENCE KAPOLRI
    Kamis, 23 Juli 2015 bertempat di ruang rapat Tribrata Mabes Polri pukul 08.00 WIB tadi telah berlangsung Video Conference yang dipimpin oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Beliau menyampaikan kronologis sebenarnya peristiwa Tolikara:
    Tolikara sedang berlangsung Seminar & KKR pemuda GIDI tgl 13-19 Juli 2015. Dalam proposal tertulis 22-27 Juli 2015. Ternyata pelaksanaannya tanggal 13-19 Juli dan dtutup tanggal 20 Juli 2015. Di antara tanggal tersebut ada tanggal 17 Juli yang bertepatan Idul Fitri. Badan pekerja GIDI Tolikara mengeluarkan surat yang berisi:
    1) Larangan umat Muslim melaksanakan shalat ied di Tolikara. Shalat boleh di luar Tolikara.
    2) Melarang umat muslim untuk menggunakan jilbab.
    Pada tanggal 13 kapolres mendapat surat tersebut dan memverifikasi surat tersebut dan Presiden GIDI mengatakan surat tersebut tidak resmi karena tidak di ACC ketua GIDI. Kapolres mengkomunikasikan agar shalat ied bisa dilaksanakan di Tolikara, Bupati juga akan koordinasi dengan panitia GIDI agar surat dicabut. Karena penjelasan itu kapolres bertemu tokoh masyarakat, dan ada hasil silahkan shalat ied di halaman Koramil. TNI dan Polri akan siap melakukan pengamanan.
    Namun saat shalat ied dqatanglah para pemuda GIDI dan memaksa untuk shalat dibubarkan. Kapolres dan tokoh masyarakat bernegosiasi, agar shalat boleh terlaksana sampai jam 8. Massa tetap tidak mau, kemudian terjadi pelemparan (posisi shalat sedikit di bawah sehingga mudah jadi sasaran lempar) namun massa tidak dapat mendekati karena ada pagar berduri. Ada tembakan peringatan ke atas, tetapi massa tidak menggubris akhirnya aparat melepaskan tembakan hingga 12 orang luka kemudian mereka membubarkan diri. Saat bubar, ada oknum yang membakar kios hingga merembet ke mushola. Jumlah kios yang terbakar berjumlah 70 unit serta 2 mobil terbakar. Api membesar karena ada kios juga yang menjual bensin serta tidak adanya pemadam kebakaran di sana. Saat ini amanat langsung dari presiden untuk bangun kembali kios serta mushola di Tolikara.
    Kasus ini telah selesai, sudah ada pengamanan di lokasi, sudah ada penegakan hukum oleh kepolisian. Oleh karena itu dihimbau kepad masyarakat agar menanggapi kejadian ini dengan kepala dingin agar tidak terpancing isu-isu provokatif apalagi amarah dan balas dendam. Mari bersama menjaga kerukunan antar umat beragama NKRI.

    BalasHapus