INFO

30/random/ticker-posts

Perempuan Manado, Dulu dan Sekarang

Pic : Charol Lin at Google+ 
Sobat Hati Pitate,

Saya sempat tertegun sejenak sambil terkesima membaca sebuah postingan di Facebook yang mengulas tentang beberapa sosok perempuan Manado/Minahasa dalam sejarah. Sebelumnya saya mau jelaskan bahwa saya lebih suka menggunakan kata 'Perempuan' dibanding 'Wanita', kenapa? karena dari asal katanya, perempuan bermakna lebih halus dibanding wanita. Wanita bila ditarik asal katanya berasal dari kata 'betina' yaitu jenis kelamin selain jantan. Jadi kesannya semata menonjolkan alat kelamin saja yang dominan. Sedangkan perempuan asal katanya adalah 'empu' yaitu orang tua/orang yang berpengalaman dan berilmu/orang yang dihormati.

Kembali ke postingan tadi berikut saya kutipkan buat semua sobat Hati Pitate :

"Nona Manado telah lama Sarjana saat kaum perempuan lainnya di Tanah Air berkeinginan Sekolah berjuang melepas kungkungan tradisi. Sejumlah Nona Manado tersebut adalah :
  • Wilhelmina Warokka (Mien) seorang guru wanita pertama di Meisjesschool Tomohon.
  • Ny. Maria Y. Walanda-Maramis seorang pemerhati status sosial kaum wanita Minahasa.
  • Wulankajes Rachel Wilhelmina Ratulangi (kakak Dr. Sam Ratulangi dan istri Mayoor A.H.D. Supit) wanita Indonesia pertama yang merebut ijasah K.E. (Kleinambtenaar) tahun 1898.
  • Wulan Ratulangi (kakak kedua Dr. Sam Ratulangi) wanita Indonesia pertama yang berhasil memperoleh ijasah Hulpacte tahun 1912.
  • Nona Marie Doodoh orang Indonesia pertama yang lulus Europeesche Hoofdacte.
  • Stientje Ticoalu-Adam pembicara dalam Kongres Pemuda Indonesia tahun 1926 dan 1928.
  • Johana Masdani-Tumbuan pembaca teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda tahun 1928.
  • Ny. S.K. Pandean singa betina dari Minahasa.
  • Dr. Marie Thomas dokter wanita pertama Indonesia lulusan STOVIA tahun 1922.
  • Dr. Anna Warouw dokter wanita kedua Indonesia lulusan STOVIA tahun 1924.
  • Dr. Dee M.A. Weydemuller dokter wanita ketiga Indonesia lulusan NIAS Surabaya 1924.
  • Prof. Dr. Annie Abbas-Manoppo sarjana hukum wanita pertama Indonesia lulusan HKS Batavia tahun 1934 juga guru besar wanita pertama Indonesia.
  • Ny. A. M. Tine Waworoentoe (anak A.L. Waworuntu) walikota wanita pertama Indonesia tahun 1950.
  • Antonetee Waroh anggota parelemen wanita pertama di Indonesia Timur.
  • Dr. Agustina/Zus Ratulangi (anak Dr. Sam Ratulangi) anggota parlemen wanita & termuda di Indonesia."
Postingan ini sendiri diawali dengan membandingkan bahwa saat R.A. Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879, di bumi Minahasa pada tahun 1881 telah berdiri Sekolah Khusus Perempuan Meisjesschool di Tomohon atau lebih dikenal dengan Sekolah Nona Manado. Ini berarti, R.A. Kartini baru berumur 2 tahun, perempuan di Manado dan Minahasa sudah mendapatkan kesempatan bersekolah secara bebas. Tidakkah itu luar biasa? Tidak heran kalau beberapa nama perempuan di atas telah menjadi orang berprestasi di ranah Nasional dan tidak bisa dianggap remeh.

Membaca postingan ini saya bangga dan menyanjung dengan perempuan Minahasa. Tapi ketika membandingkan dengan keadaan sekarang, sepertinya kita harus menarik nafas panjang melihat keadaan sebagian besar perempuan Manado dan Minahasa.


Mulai dari cara berpakaian, berdandan, bergaul, bahkan pola hidup yang dijalani. Tidak sedikit dari perempuan Manado dan Minahasa yang akhirnya gagal dalam rumah tangga, jadi PSK, jadi korban human traficking, korban kekerasan, dan juga korban pelecehan seksual. Semuanya terjadi dari berbagai latar belakang usia, pendidikan, dan keluarga. Mulai dari alasan pergaulan yang buruk hingga ke tuntutan kebutuhan dan perekonomian yang terus melambung tinggi.

Sangat bertentangan dengan postingan di atas karena jika dilihat dari sisi sejarah, perempuan Manado dan Minahasa ternyata telah lebih dulu berkembang dibanding daerah lain di Indonesia, termasuk di pulau jawa. Apakah standar pendidikan menurun, tentu tidak, karena perkembangan teknologi dan informasi juga terjadi di daerah ini. Dan perempuan sebenarnya adalah pelaku teknologi dan informasi yang paling dominan, sehingga sangat tidak mungkin kalau mereka tertinggal. Dan malah sebaliknya mereka justru jadi korban dari kemajuan jaman.

Di kesempatan ini saya ingin sekali menyentuh hati para perempuan Mando dan Minahasa secara umum sambil berkata, tidakkah kita perlu malu dengan perempuan-perempuan tempo dulu yang punya keinginan maju secara intelektual? Kenapa sekarang perempuan di Manado dan Minahasa justru lebih mementingkan penampilan dan pergaulan yang "hebat"?

Mari kita saling mengingatkan bahwa sudah bukan jamannya kalau perempuan hanya cantik fisik dan hebat di ranjang, kini saatnya perempuan Manado dan Minahasa mengulang sejarah dan mencatatkan diri di mata Indonesia bahkan dunia dengan prestasi dan prestise.


Sumber :
https://www.facebook.com/armstrong.sompotan/posts/10206572682414128:0
http://www.tomohon.info/travel/gedung-tua-meisjesschool/


Posting Komentar

0 Komentar