INFO

30/random/ticker-posts

Jadi Garam dan Terang

Sobat hatipitate,

Masih ingat dengan bunyi ayat di Mat. 5 : 13 - 16?

Dari sekian banyak yang sedang baca artikel ini, terutama yang Kristen, pasti tahu dan menguasai benar bunyinya. Sejak masih kanak-kanak kita memang sudah sering mendengarkan ayat ini ditulis, dikatakan, diceritakan, dikhotbahkan, dan lainnya. Dari ayat inilah kita jadi kenal sebuah tagline yang sangat terkenal berkaitan dengan orang beriman. "Kita adalah garam dan terang dunia", demikian kira-kira sering dikampanyekan kepada orang Kristen.

Dengan tagline ini juga kita dimotivasi untuk menjadi teladan dalam kehidupan kita baik buat sesama orang percaya, maupun bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus. Tapi adakah di antara kita yang menangkap "hidden warning" di balik 4 ayat yang mendunia ini?

Mari kita perhatikan baik-baik :

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Mat. 5 : 13). Ayat ini sebenarnya sedang memberi peringatan kepada kita agar kita justru waspada agar TIDAK MENJADI TAWAR. Ketika kita menjadi murid Kristus, sesungguhnya kita memiliki kemampuan untuk menjadi garam bagi dunia. Kita menjadi pemberi cita rasa, menjadi pemberi arah, menjadi pemberi contoh, menjadi penguat, menjadi pengawet, menjadi sekian banyak hal lain. Intinya kita dengan kasihNya dan pertolongan Roh Kudus, memiliki pengaruh postif buat kehidupan di sekitar kita. Makanya kita kemudian sibuk melakukannya, sibuk berbuat baik, memberi nasihat, memberi teladan, de el el. Tapi kita terkadang kurang waspada dan akhirnya tidak lagi menjadi garam karena sudah kehilangan rasa asinnya.

Saya iseng searching di Google, kira-kira apa yang bisa menghilangkan rasa asin. Mbah google kasih artikel tentang teknik membuat air laut (air asin) menjadi air tawar. Ternyata ada bahan sederhana yang bisa dipakai, yaitu Batuan Piropylite atau Batuan Zeonit yang banyak dipakai untuk pembuatan keramik, yang direndam dengan larutan Natrium Hidroksida atau Soda Api setelah itu dijemur hingga kering. Air asin yang kemudian merendam batu zeonit tadi bisa berubah menjadi air tawar dengan proses tertentu.

Saya menangkap suatu kesan bahwa rasa asin dari garam bisa mati ketika bertemu dengan BATU (Keras) dan API (Panas dan membakar). Maka secara sederhana, keberadaan orang percaya sebagai Garam itu bisa pudar karena hal-hal ini, Kekerasan dan Rasa Amarah yang membakar. Sangat sesuai dengan keadaan di dunia nyata, ketika seseorang yang terlalu getol menjadi garam akhirnya terjebak menjadi tidak asin lagi karena banyak marah-marah dan bicara yang keras dan kasar. Saat itulah sang garam menjadi tawar. Waspadalah! Karena saat itu juga kita akan dibuang dan diinjak orang.

Bagaimana dengan Terang? Perhatikan baik kata-kata yang ditulis tebal:
"...orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat. 5:15-16)

Ketika kita menjadi murid Kristus, maka kita secara aktif dituntut untuk menjadi TERANG, alias menjadi saksi bagi Kristus. Tapi berhati-hati karena ada hidden warning juga di situ yaitu :

pertama, terang kita harus bercahaya di depan orang, dan terang itu adalah datang dari "perbuatanmu yang baik". Kadang banyak juga orang yang menjadi terang atau terkenal justru karena perbuatan jahatnya atau karena kesalahannya. Para Koruptor pun bercahaya di seluruh negeri tapi tidak sesuai dengan ayat ini karena ketenarannya bukan karena perbuatan baik. Demikian juga dengan para pelaku kejahatan lainnya.

kedua, ketika kita telah mampu bercahaya, maka tujuan akhirnya adalah untuk "memuliakan Bapamu yang di sorga". Ini artinya, sekalipun kita melakukan perbuatan baik, bahkan perbuatan rohani sekalipun, tapi kalau akhirnya diri dan nama kita yang semakin dikenal maka kita bukan menjadi terang yang Tuhan Yesus maksudkan. Maka kita dalam terang yang bercahaya itu harus mampu memunculkan wujud Kristus yang memberikan kita kemampuan untuk bercahaya. Maka dengan sendirinya orang lain akan memuji kebesaran kuasa Tuhan yang dinyatakan dalam diri kita.

Mari kita semakin menata diri untuk menjadi Garam dan Terang bagi dunia ini.




Posting Komentar

0 Komentar