INFO

30/random/ticker-posts

Ih kong kacili jo.....

Pada tanggal 13 Desember 2010 yang lalu, kota manado jadi makin cantik dengan kehadiran sebuah Pohon Natal Raksasa dengan aneka warna lampu yang menghiasinya. Dengar-dengar sih Pohon Natal ini adalah salah satu Pohon Natal tertinggi di Asia dan Eropa. Entah benar atau tidak tapi Pohon Natal tiruan yang memiliki ketinggian 45 meter ini benar-benar mebuat takjub warga kota bahkan para pendatang. Pohon Natal ini berdiri di pinggiran Pantai Manado tepatnya di kawasan Mega Mas berdampingan dengan Restoran Raksasa dari Amrik, McDonald's.

Meskipun sudah dikerjakan sejak dua bulan sebelumnya, keberadaan Pohon Natal ini telah menarik perhatian warga karena pemberiataan di Media Massa menyusul pemberitaan pembuatan Monumen Lilin yang tak kunjung selesai. Nah pada tanggal 13 Desember itulah Pohon Natal ini secara resmi dinyalakan dan terbuka untuk umum. Pohon Natal yang puncaknya terdapat Bintang Raksasa juga, diberi nama Star of Hope. Secara harafiah kan kita semua tahu kalau arti nama itu adalah Bintang Pengharapan. Namun dari kesan yang bisa ditangkap dari keberadaan Pohon Natal ini sangat jauh berbeda dengan arti dari namanya.



Melihat berdirinya Pohon Natal Raksasa ini terus terang saja saya hanya bisa menangkap kesan megah dan gagahnya orang manado dalam merayakan natal. Seakan merupakan kesimpulan dari kebiasaan orang Manado yang selalu tampil dengan kemegahan menyambut natal. Mulai dari rambut hingga ke ujung kaki, sebisa mungkin harus menggunakan atribut baru. Kegagahan selalu bisa dilihat dari rumah-rumah orang manado yang dihiasi mulai dari hingga pohon natal di dalam rumah hingga ke pohon-pohon yang ada di halaman rumah.

Bukankah hal-hal tersebut yang bisa kita lihat dari berbagai hiasan dan ornamen yang dipasang untuk menghiasi Pohon Natal "Star of Hope". Lampu yang beraneka warna dan ukuran sepertinya tidak mau kalah dengan warna-warni "baju baru" dari warga kota Manado. Tinggi pohon ini juga sedikit banyak melambangkan usaha orang-orang Manado untuk tampil semarak dan menyolok menjelang natal. Apalagi saat mengikuti ibadah natal di Gereja setiap tanggal 25 Desember, semua orang berjalan dengan tegap memasuki Gedung Gereja dan berusaha untuk bisa dilihat oleh semua orang. Biasanya kalo di hari minggu yang lain, orang yang ke gereja dan sudah terlambat maka dia akan masuk dengan terbungkuk-bungkuk seperti malu dengan keterlambatannya. Tapi pas di hari Natal, walau ibadah Natal hampir usai, orang yang baru tiba di gereja dengan santainya melangkahkan kaki sambil membunyikan hak sepatunya yang baru.

Saya sebagai orang manado juga menyadari betul kalau saya sebagai salah satu yang selama ini mengembangkan berbagai tradisi Natal yang agak bertentangan dengan nilai-nilai iman dan keadaan hidup sehari-hari. Sangat kurang orang yang menyadari kalau di balik megah dan tinggi serta semaraknya Pohon Natal ada orang-orang yang mungkin sedang dalam penderitaan karena tanpa pekerjaan. Di balik warna-warni baju baru kita, ada orang-orang yang mungkin tidak tahu harus pakai baju apa yang layak dan menutup tubuhnya dari udara panas dan dingin. Di balik sukacita dan sorak-sorai orang dalam perayaan Natal mungkin masih ada isak tangis dari orang-orang yang goyah imannya atau dalam pergumulan hidup.

Bukankah dalam ceritanya, Natal tidak lahir dalam suasana yang penuh kemegahan dan pamer kekayaan. Tuhan saja hanya numpang di sebuah palungan untuk datang ke dunia ini, mengapa justru sekarang kita lebih menonjolkan berbagai kekayaan duniawi dalam sukacita menyambut kelahiranNya?

Sebuah refleksi yang cukup berat bagi warga di manado dengan adanya sebuah Pohon Natal raksasa sementara iman kebanyakan semakin kerdil dan tidak bisa disaksikan lagi oleh dunia.

Posting Komentar

0 Komentar