INFO

30/random/ticker-posts

Kasih Tuhan Menembus Batas

Gunung Kelud - Wikipedia
Halo, teman-teman. Saya punya kesaksian sedikit dari bencana hujan abu Kelud di Jogja, mudah-mudahan membawa manfaat bagi teman-teman sekalian.

Hari Kamis (13/2) malam, seperti hari-hari sebelumnya, daerah Sleman, Yogyakarta tempat kost saya udaranya sejuk, karena lokasinya yg dekat dgn kaki gunung Merapi (jaraknya skitar 25km). Saya pun tertidur sangat pulas. Tapi malam itu ada yang berbeda. Tengah malam entah ada apa, saya sangat sering terbangun karena kepanasan, tidur sangat gelisah, dan perasaan tidak enak.

Pagi harinya, jam 6.30, saya akhirnya menyerah dan bangun karena kepanasan, sambil mendengar ribut-ribut di luar kost, sangat ramai. Seharusnya biasa-bias saja, karena setiap hari Jumat memang RT 05 tempat saya tinggal memang selalu diadakan kerja bakti. Setelah bangun, saya buka BB dan Nokia di meja, ada 12 kali telpon masuk dari seorang teman, namanya Dewa Gede Sudika Mangku orang Bali. Saya langsung telpon dia, "Ada apa bro?", jawabnya, "Kamu tidak apa-apa bro? Lihat keluar jendela bro..." Alangkah terkejutnya, SAYA TIDAK BISA MELIHAT APA-APA KARENA JENDELA SUDAH BERUBAH WARNA JADI PUTIH! Barulah setelahnya saya sadar, ternyata Jogja lagi diguyur hujan abu, dan orang-orang se-RT pada ribut kasak-kusuk diluar. Panas yang saya rasa semalaman ternyata karena efek rumah kost sudah tertutupi abu vulkanik.

"Ya Tuhan Yesus", kata saya dalam hati, "Ampun Tuhan, baru pigi dari banjir Manado, dapa berkat deng hujan abu..." Hehehe... Entah mengeluh atau bersungut-sungut, yang pasti pagi itu saya sadar, orang pertama yang concern dan kuatirkan keberadaan saya adalah seorang beragama HINDU.

Jam 9 pagi, pintu kamar kost diketuk seseorang, namanya pak Sudjito, beliau tetangga kost saya. Katanya, "Mas, mau keluar hari ini? ini ada masker mas..." Ya ampun, syukur kepada Tuhan, belum juga keluar kamar sudah ada yang menawarkan masker, seorang MUSLIM taat, tapi dari keluarga MISKIN. Saya sedikit merenung, alangkah indahnya kasih Tuhan, dibagikanNya lewat seseorang yang miskin materi di dunia, yang kekayaannya adalah kebahagiaan dalam menolong saya.

Selimut Abu Vulkanik - kompas.com
Jam 10 pagi, saya putuskan untuk coba keluar jalan-jalan dengan motor melihat keadaan Jogja. Sungguh luar biasa parah, dimana-mana putih, jarak pandang hanya 3-5 meter, debu sangat tebal (ada pendapat katanya kali ini lebih parah dari siraman abu Merapi tahun 2010 lalu). Sambil singgah ambil masker yang dibagikan mbak-mbak berjilbab di perempatan jalan besar dari kost, saya nekat menuju kost teman saya yang beragama HINDU itu. Kami berdua langsung ke apotik beli masker 2 dus (karena memang apotik sudah kehabisan), pergi ke arah UGM, singgah foto-foto sedikit utk dibagikan ke FB dengan maksud memberi kabar kepada teman-teman yang mulai ramai tanya kabar, kemudian kami berdua ke lokasi-lokasi strategis utk bagi-bagi masker.


Jam 1 siang, masuk telpon dari teman kuliah S2 saya dulu, yang lagi "pulkam" di Pontianak, seorang KONGHUCU taat, yang selama kuliah kami berdua adalah "musuh besar" dalam kuliah, sering perang teori dan azas, saling menghina kalau ada yang salah, dan lain-lain. Dia bilang "Bro, aku sudah transfer Rp. 500.000,- ke rekeningmu ya, mohon habiskan untuk dibelikan masker, dan kalau di apotik-apotik-apotik kehabisan masker, MOHON DISERAHKAN KE GEREJAMU UNTUK MEREKA KELOLA, katamu 'kan gerejamu ada pusat kesehatan dan apotik sendiri..."

ASTAGA...saya merasa ditampar habis-habisan. Bukan pernyataan "habiskan utk belikan masker" yang bikin saya terharu, tapi pernyataan dia yang menyuruh uangnya diserahkan ke gereja saja. Saya terdiam sejenak, seperti mengutuk diri sendiri betapa orang-orang Kristen banyak yang sombong soal kasih tapi tidak ada perbuatan nyata, dan lihatlah apa yang dilakukan "musuh" saya ini, dari konghucu lagi...

Sebagai catatan, motor yang saya pakai untuk jalan-jalan membagi masker saat itu adalah milik teman saya yang sedang pulkam, seorang HINDU SHIVA (penyembah Dewa Siwa) yang taat, disuruhnya untuk ambil motor itu dikostnya supaya bisa saya pakai selama saya di Jogja, termasuk menelepon supaya motornya digunakan semaksimal mungkin untuk bagi-bagi masker tak lupa juga ditransfernya uang Rp.200.000,- untuk tambah-tambah beli masker.

Sampai detik ini Jogja masih berdebu, hujan baru datang sekali, debu vulkanik masih ada dimana-mana. Tapi pelajaran yang saya dapatkan dari bencana ini sungguh luar biasa, Kasih TUHAN menembus batas perbedaan, sekalipun beda agama, musuh, orang yang bisa saja kita nilai penyembah berhala sekalipun, tidak akan pernah dibatasi untuk merasakan KASIH. KASIH tak terbatas, KASIH adalah karunia yang TUHAN beri bukan kepada orang KRISTEN saja, tapi kepada SEMUA ciptaanNya.

Mari kita merenung..sudahkah teman-teman memiliki KASIH ? Ataukah masih perlu berbenah diri dalam karya yang nyata?

Catatan :
Ditulis di Facebook Grup Pemuda GMIM pada 18 Pebruari 2014, oleh Lesza Lombok, Seorang Dosen yang sedang lanjut studi di UGM. (Dikutip dengan edit seperlunya, dengan izin penulis asli)

Posting Komentar

0 Komentar